ABSTRAK
Hubungan Paritas Dengan Kejadian Prolaps Uteri Di BKIA RSUD .......... Kota .......
Periode 1 Januari – 31 Desember 2010 Tahun 2010
Prolaps uteri adalah salah kelainan yang tidak banyak diungkap, penderitanya malu berobat karena dianggap sebagai penyakit kutukan. Prolaps uteri adalah turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya kedalam liang vagina. Penyakit ini tidak hanya terjadi pada wanita yang memiliki tingkat paritas tinggi, tetapi juga dapat terjadi pada wanita yang belum pernah melahirkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian prolaps uteri.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medik RSUD .......... Kota ....... pada tanggal 17-19 Juli 2009. Sampling yang digunakan adalah sampling jenuh.
Hasil penelitian didapatkan terdapat 24 kejadian prolaps uteri selama periode 1 Januari-3 1 Desember 2010. Kejadian paling banyak diderita oleh grande multipara (66,67 %). Analisa data menggunakan uji korelasi Spearman dengan α = 0,05, diperoleh ada hubungan paritas dengan kejadian prolaps uteri. Dengan adanya fenomena diatas maka perlu adanya peningkatan pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang pembatasan jumlah anak dan KB.
Kata Kunci : Paritas, Prolaps Uteri
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak dulu turunnya peranakan di dunia medis disebut dengan prolaps genetalia telah banyak dikenal orang. Keadaan ini disamakan dengan suatu hernia yaitu dimana bagian organ bagian dalam tubuh turun ke rongga kemaluan atau bahkan mungkin keluar dari liang kemaluan tersebut. Turunnya peranakan dapat terjadi karena adanya kelemahan pada otot besar panggul sehingga satu atau lebih organ didalam panggul turun.
Prolaps uteri merupakan salah satu bentuk dari turunya peranakan, yaitu turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya kedalam liang atau rongga kemaluan (Arsep Pajario. 2004).
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan otot ligamen endopelvik terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokele. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang keregangannya. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama yang sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala dua, penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot panggul yang tidak baik (Hanifa Wikjosastro. 1999 : 429).
Diprediksi hampir setengah dari seluruh wanita yang pernah melahirkan akan mengalami penurunan organ peranakan (Mazna, Shafinaz Sheikh. 2007). Menurut dokter R Muharam SpOG, ahli kebidanan dan kandungan dari bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM Jakarta wanita yang baru saja melahirkan atau wanita yang sudah berkali-kali melahirkan tergolong dalam kelompok wanita yang beresiko tinggi menderita gangguan prolaps uteri. Tapi patut pula dicatat peranakan turun tidak hanya di derita oleh wanita yang pernah melahirkan saja, artinya wanita yang belum pernah melahirkan pun dapat mengalami gangguan ini, tapi kemungkinannya kecil (http://www.anakku.net).
Faktor lain yang dapat menyebabkan turunnya rahim adalah peningkatan tekanan di perut menahun. Misalnya, obesitas, batuk berbulan-bulan, adanya tumor dalam rongga perut, tumor pelvis, serta konstipasi atau susah buang air besar berkepanjangan (http://www.jawapos.com/index.php).
Meskipun sudah dikenal sejak lama, kelainan ini tidak banyak terungkap. Penderitanya masih malu untuk berobat, karena dianggap sebagai penyakit kutukan. Karena dianggap memalukan, maka penderitanya terutama wanita Indonesia sangat jarang berobat. Fenomena penyakit ini seperti layaknya gunung es , yang terungkap hanya permukaannya saja. Jumlah penderitanya lebih banyak dari yang datang berobat. Mereka yang datang berobat setelah kondisinya sangat parah, misalnya sudah perdarahan atau organ dalamnya turun (http://sumeks.co.id)
Penyakit ini berpotensi menurunkan kualitas hidup. Pada stadium yang berat, prolaps uteri membuat seorang wanita sulit melakukan aktivitas sehari¬hari karena sakit yang dirasakan (http://www.anakku.net).
Dari study lapangan pada tanggal 26 Febuari 2009 di BKIA RSUD .......... Kota ....... pada bulan November sampai Desember 2010 ditemukan kasus prolaps uteri sebanyak 9 kasus dan 7 diantaranya dialami oleh ibu grandemultipara.
Dengan adanya fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan paritas dengan kejadian prolaps uteri di BKIA RSUD .......... Kota ....... periode 1 Januari - 31 Desember 2010.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian “Adakah hubungan paritas dengan kejadian prolaps uteri di BKIA RSUD .......... Kota ....... periode 1 Januari - 31 Desember 2010 ?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan paritas dengan kejadian prolaps uteri di BKIA RSUD .......... Kota ....... periode 1 Januari - 31 Desember 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi jumlah kejadian prolaps uteri di BKIA RSUD .......... Kota ....... periode 1 Januari - 31 Desember 2010.
1.3.2.2 Mengidentifikasi tingkat paritas penderita prolaps uteri di BKIA RSUD .......... Kota ....... periode 1 Januari - 31 Desember 2010.
1.3.2.3 Menganalisa hubungan paritas dengan kejadian prolaps uteri di BKIA RSUD .......... Kota ....... periode 1 Januari - 31 Desember 2010.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk melakukan penelitian selanjutnya, juga menjadi bekal bagi peneliti dalam memberikan pelayanan kesehatan saat bekerja di lapangan nantinya.
1.4.2 Bagi Lahan Penelitian
Dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan tentang kejadian prolaps uteri terutama dengan hubungan dengan paritas sehingga tenaga kesehatan dapat mengupayakan pencegahan dengan penyuluhan bahwa wanita yang berparitas tinggi memiliki resiko terjadinya prolaps.
1.4.3 Bagi Institusi
Menjadi sumber informasi dan data dasar khususnya tentang kejadian prolaps uteri, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
No comments:
Post a Comment